Kebenaran kalam Allah dalam Al Quran telah menuntun banyak kaum intelektual untuk menjadi mualaf dan memeluk agama Islam, salah satunya Prof. Dr. Maurice Bucaille.
Maurice Bucaille adalah dokter bedah berkebangsaan Perancis yang menyatakan keislamannya dan menjadi mualaf setelah membedah mumi Firaun.
Setelah menjadi mualaf, nama Maurice Bucaille yang meneliti mumi Firaun tersebut tersohor sebagai salah satu intelektual muslim paling berpengaruh di dunia.
Prof. Dr. Maurice Bucaille yang lahir di Perancis pada 19 Juli 1920 adalah seorang dokter bedah yang memulai karir pada 1945 dengan spesifikasi keahlian dalam bidang gasteroentologi (pencernaan).
Pada 1973, Bucaille diangkat sebagai dokter pribadi oleh Keluarga Raja Faisal dari Arab Saudi.
Namun bukan hanya keluarga Raja Faisal yang jadi pasiennya. Anggota keluarga Presiden Mesir, Anwar Sadat juga termasuk dalam daftar pasiennya.
Kisah penelitian jasad Firaun bermula pada tahun 1974 saat Bucaille diundang oeh Presiden Mesir, Anwar Sadat untuk meneliti mumi Firaun yang ada di Museum Kairo.
Firaun adalah raja yang mengejar-ngejar Nabi Musa hingga ke laut dan mati tenggelam.

Dr. Maurice Bucaille tertarik pada sebuah jasad mumi yang masih utuh, yaitu mumi yang ditemukan di seberang Sungai Nil, tepatnya di Wadi el-Muluk, Luxor pada 1986 oleh Loret.
Mumi ini juga pernah dibuka perbannya oleh G. Elliot Smith sebagaimana tercatat dalam The Royal Mummies (1912).
Karena menganggap utuhnya jasad mumi bernama Merneptah itu adalah sesuatu yang tak lazim, Bucaille mengajukan izin membawa jasad itu untuk diteliti di Perancis.
Mumi tersebut kemudian diteliti dengan metode radio grafik, thorax dan endoscopy sehingga mendapatkan gambaran rinci setiap bagian tubuh.
Hasil penelitian terhadap jasad mumi Firaun menemukan dalam tubuh mumi tersebut mengandung bekas garam yang memenuhi sekujur tubuhnya, sehingga terawetkan dengan sempurna.
Artinya, penemuan tersebut menunjukkan bahwa mumi Firaun mati dalam keadaan tenggelam di laut. Hasil penelitian Bucaille ini kemudian diterbitkan dalam buku berjudul Momies Des Pharaon; Investigations Medicales Modernes.
Penemuan tersebut menyisakan sebuah pertanyaan di kepala sang dokter bedah, bagaimana mungkin jasad tersebut bisa utuh padahal sudah ribuan tahun tersimpan di dalam laut.
Hingga pada suatu waktu Dr. Maurice Bucaille terbang ke Arab Saudi mengikuti konferensi medis. Di kesempatan tersebut Bucaille menyampaikan penemuannya, yaitu bahwa tubuh Firaun tetap utuh bahkan setelah ia tenggelam.
Salah seorang peserta konferensi tersebut berkata, Al Quran telah meriwayatkan kisah tenggelamnya Firaun, dan kemudian mayatnya diselamatkan oleh Allah.
Pernyataan itu membuat Bucaille bertanya-tanya, bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi. Bahkan mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sementara Al Quran telah ada ribuan tahun sebelumnya.
Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim seraya membuka mushaf Al Quran dan membacakan firman Allah SWT yang tercantum pada surat Yunus ayat 92, yang artinya:
“Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.” (Q.S Yunus: 92)
Adanya pesan eksplisit dalam ayat itu membuat sang dokter bedah terkejut sekaligus tersentuh hatinya.
Menurutnya, ayat Al Quran tersebut masuk akal sehingga ia pun meyakini kebenaran Al Quran dan memutuskan menjadi mualaf.
Sejak memeluk Islam, Dr. Maurice Bucaille menghabiskan waktunya untuk meneliti tingkat kesesuaian kandungan Al Quran dengan hakikat ilmiah dan penemuan-penemuan modern.
Dari hasil risetnya itu, Bucaille menulis buku ‘La Bible, le Coran et la Science’ (1976) yang menjadi best-seller internasional di dunia Muslim dan telah diterjemahkan ke hampir semua bahasa utama umat Muslim di dunia.
Average Rating